Revolusi Industri 4.0 Itu Apa?

Revolusi Industri 4.0 itu apa? Barangkali ada sebagian Sahabat yang juga memiliki pertanyaan yang sama. Memang istilah industri 4.0 saat ini lagi tren. Bahkan pada saat debat calon presiden (capres) yang lalu istilah revolusi industri 4.0 ini jadi salah satu topik bahasannya.

Selain itu banyak sekali tokoh-tokoh nasional di Indonesia yang membuat pernyataan mengenai tibanya revolusi industri 4.0. “Bersiaplah menyongsong industri 4.0” atau “Kita tidak boleh tergilas oleh industri 4.0”, “Kita harus bisa memanfaatkan fenomena Industri 4.0.” atau “Indonesia harus bisa menerapkan industri 4.0” dan sebagainya.

Lalu apa yang dimaksud dengan revokusi Industri 4.0? Ko tiba-tiba sudah ke 4, lalu revolusi pertama, kedua dan ketiganya seperti apa?

Baca Juga : Apa itu Startup?

Daripada bingung sendiri, yuk ditemani bingung sama Kangdede 🙂 heheh. Gini aja deh Sobat, kita sama-sama cari informasi mengenai revolusi industri 4.0 ini. Dan seperti moto blog kangdede “ikatlah ilmu dengan tulisan“, jadi hasil pencarian kangdede mengenai revolusi industri 4.0 ini sengaja kangdede tulis di blog ini, supaya sobat juga bisa memetik manfaatnya.

Sebelum kita mengenal apa itu industri 4.0, ada baiknya kita mundur dulu beberapa langkah ke belakang, terutama pada point-point mengenai apa itu revolusi industri? lalu kita juga akan mengenal revolusi industri 1.0, revolusi industri 2.0 dan revolusi industri 3.0.

Pengertian Revolusi Industri

Revolusi adalah perubahan besar, secara cepat, dan radikal yang mempengaruhi kehidupan corak manusia. Istilah revolusi biasanya digunakan dalam melihat perubahan politik atau sistem pemerintahan.

Sedangkan Revolusi Industri merupakan perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia.

Revolusi Industri yang terjadi dalam periode antara tahun 1750-1850 dimulai dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, dan menyebar ke seluruh dunia.

Revolusi Industri pada hakikatnya adalah perubahan dalam cara pembuatan barang-barang yang semula dikerjakan dengan tangan (tenaga manusia) kemudian digantikan dengan tenaga mesin. Dengan demikian, barang-barang dapat dihasilkan dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif singkat.

Awal mula penggunaan istilah “Revolusi Industri” ditemukan dalam surat oleh seorang utusan Prancis bernama Louis-Guillaume Otto pada tanggal 6 Juli 1799, di mana dia menuliskan bahwa Prancis telah memasuki era industrialise.. Dalam buku terbitan tahun 1976 yang berjudul: Keywords: A Vocabulary of Culture and Society, Raymond Williams menyatakan bahwa kata itu sebagai sebutan untuk istilah “industri”.

Revolusi Industri 1.0

Revolusi Industri 1.0 merupakan tonggak terjadinya revolusi industri pada umumnya. Revolusi industri 1.0 berlangsung dari akhir 1700-an hingga pertengahan 1800-an. Revolusi generasi 1.0 ini melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin sehingga terjadi industrialisasi pembuatan tekstil dan mulai memindahkan produksi dari rumah ke pabrik.

Dalam era industri 1.0 ini ditemukan mesin uap yang digunakan sebagai alat tenun mekanis pertama yang dapat meningkatkan produktivitas industri tekstil. Peralatan kerja yang awalnya bergantung pada tenaga manusia dan hewan akhirnya digantikan dengan mesin tersebut.

Selain mesin uap yang digunakan pada mesin-mesin pabrik tekstil, pada saat itu mesin uap digunakan pada bidang transportasi yang semula menggunakan tenaga hewan pada alat transportas darat atau angin pada transportasi laut.

Revolusi Industri 2.0

Revolusi industri 2.0 terjadi di awal abad ke-20. Revolusi industri ini ditandai dengan penemuan tenaga listrik. Tenaga otot yang saat itu sudah tergantikan oleh mesin uap, perlahan mulai tergantikan lagi oleh tenaga listrik.

Revolusi industri generasi 2.0 ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran dalam (combustionchamber). Penemuan ini memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang dan penemuan lainnya yang mengubah wajah dunia secara signifikan.

Di akhir 1800-an, mobil mulai diproduksi secara massal. Namun produksi massal ini tidak lantas membuat proses produksinya memakan waktu yang cepat karena setiap mobil harus dirakit dari awal hingga akhir di titik yang sama oleh seorang perakit mobil. Artinya, untuk merakit banyak mobil, proses perakitan harus dilakukan oleh banyak orang yang merakit mobil dalam waktu yang bersamaan.

Revolusi terjadi dengan terciptanya “lini produksi” atau assembly line yang menggunakan “ban berjalan” atau conveyor belt pada 1913. Hal ini mengakibatkan proses produksi berubah total karena untuk menyelesaikan satu mobil, tidak diperlukan satu orang untuk merakit dari awal hingga akhir. Para perakit mobil dilatih untuk menjadi spesialis yang mengurus satu bagian saja.

Selain itu, para perakit mobil telah melakukan pekerjaannya dengan bantuan alat-alat yang menggunakan tenaga listrik yang jauh lebih mudah dan murah daripada tenaga uap.

Revolusi Industri 3.0

Setelah tenaga manusia dan hewan diganti dengan mesin uap pada revolusi industri 1.0, kemudian dari mesin uap diganti dengan mesin elektrik pada revolusi industri 2.0, lalu apa yang terjadi dengan periode industri 3.0?

Kemunculan teknologi digital dan internet menandai dimulainya Revolusi Industri 3.0. Teknologi mekanik, analog dan elektrik yang ada pada era industri 2.0, digantikan dengan teknologi digital.

Jika pada revolusi kedua dengan hadirnya mobil membuat waktu dan jarak makin dekat. Revolusi 3.0 menyatukan keduanya. Sebab itu, era digital sekarang mengusung sisi kekinian (real time), sehingga ruang dan waktu bukan menjadi permasalahan utama pada masa ini.

Namun konsekuensi dari Industri 3.0 ini adalah berkurangnya peranan dan tenaga manusia sehingga pengurangan tenaga manusia tidak bisa dielakkan lagi.

Revolusi Industri 4.0

Untuk selanjutnya yang saat ini sedang kita hadapi adalah industri 4.0, era inilah yang saat ini mulai berkembang dan ramai diperbincangkan.

Industri 4.0 adalah tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi siber

Apa itu Industri 4.0 ?

Dari ponsel cerdas (smartphone), TV Pintar (smart tv) hingga lemari es pintar, teknologi telah memainkan peran utama dalam memajukan sebagian besar area kehidupan kita sehari-hari dan juga mengubah dunia industri.

Industri 4.0 adalah label yang diberikan kepada kombinasi bertahap dari manufaktur tradisional dan praktik industri dengan dunia teknologi yang semakin meningkat di sekitar kita.

Pada era Industri 4.0 terjadi perubahan teknolgi digital menjadi penggunaan teknologi Machine-to-machine communication (M2M) dan Internet of Things (IoT) skala besar untuk membantu produsen dan konsumen menyediakan peningkatan otomatisasi, komunikasi dan pemantauan yang lebih baik, bersama dengan diagnosis mandiri dan analisis tingkat baru untuk memberikan masa depan yang benar-benar produktif.

Mengapa Terjadi Revolusi Industri 4.0?

Sebenarnya teknologi Industri 4.0 bukan teknologi baru, juga bukan disiplin bisnis, tetapi pada kenyataannya pendekatan baru untuk mencapai hasil yang tidak mungkin 10 tahun yang lalu berkat kemajuan teknologi. Atau dengan kata lain bahwa Industri 4.0 mengoptimalkan komputerisasi pada Industri 3.0.

Ketika komputer diperkenalkan di Industri 3.0, hari ini dan ke masa depan ketika Industri 4.0 dibuka, komputer tersebut terhubung dan berkomunikasi satu sama lain untuk akhirnya membuat keputusan tanpa keterlibatan manusia.

Kombinasi dari sistem fisik-cyber, Internet of Things dan Internet of Systems membuat Industri 4.0 menjadi mungkin dan pabrik pintar menjadi kenyataan. Sebagai hasil dari dukungan mesin pintar yang terus menjadi lebih pintar karena mereka mendapatkan akses ke lebih banyak data, pabrik-pabrik tersebut akan menjadi lebih efisien, produktif dan tidak boros. Pada akhirnya, jaringan mesin-mesin ini yang terhubung secara digital satu sama lain dan membuat serta berbagi informasi yang menghasilkan kekuatan sebenarnya dari Industri 4.0.

Siapa yang memulai Industri 4.0 ?

Istilah dan konsep mengenai “Industri 4.0” pertama kali digunakan di publik dalam pameran industri Hannover Messe di kota Hannover, Jerman di tahun 2011. Dari peristiwa ini juga sebetulnya ide “Industri 2.0” dan “Industri 3.0” baru muncul, sebelumnya cuma dikenal dengan nama “Revolusi Teknologi” dan “Revolusi Digital”.

Dari situlah kemudian pemerintah Jerman menginvestasikan sekitar € 200 juta (sekitar £ 146 juta, $ 216 juta, atau AU $ 278 juta atau sekitar Rp. 3.103.815.092.000) untuk mendorong penelitian lintas akademisi, bisnis dan pemerintah.

Namun ternyata Jerman bukanlah satu-satunya negara di mana kemajuan industri 4.0 terjadi. Amerika Serikat memiliki Smart Manufacturing Leadership Coalition (SMLC), sebuah organisasi nirlaba yang terdiri dari produsen, pemasok, perusahaan teknologi, lembaga pemerintah, universitas dan laboratorium yang semuanya memiliki tujuan bersama untuk memajukan cara berpikir di balik Industri 4.0. Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Prinsip Rancangan Industri 4.0

Ada empat prinsip desain dalam Industri 4.0. Prinsip-prinsip ini mendukung perusahaan dalam mengidentifikasi dan mengimplementasikan skenario Industri 4.0

  • Interkoneksi
    Kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan manusia untuk terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of Things (IoT) atau Internet of People (IoP)
  • Transparansi informasi
    Transparansi yang diberikan oleh teknologi Industri 4.0 memberikan informasi yang berguna dalam jumlah besar kepada operator yang diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat. Inter-konektivitas memungkinkan operator untuk mengumpulkan data dan informasi dalam jumlah sangat besar dari semua titik dalam proses pembuatan, sehingga membantu fungsionalitas dan mengidentifikasi bidang-bidang utama yang dapat mengambil manfaat dari inovasi dan peningkatan
  • Bantuan teknis
    Pertama, kemampuan sistem bantuan untuk mendukung manusia dengan mengumpulkan dan memvisualisasikan informasi secara komprehensif untuk membuat keputusan yang tepat dan memecahkan masalah yang mendesak dalam waktu singkat.
    Kedua, kemampuan sistem fisik cyber untuk secara fisik mendukung manusia dengan melakukan berbagai tugas yang tidak bisa dilakukan oleh manusia karena tidak menyenangkan, terlalu melelahkan, atau tidak aman.
  • Keputusan yang terdesentralisasi
    Kemampuan sistem siber-fisik untuk membuat keputusan sendiri dan melakukan tugas semandiri mungkin. Bila terjadi pengecualian, gangguan, atau ada tujuan yang berseberangan, tugas didelegasikan ke atasan.

Kesiapan Indonesia menghadapi Industri 4.o

Indonesia khususnya memiliki permasalahan dalam menghadapi perpindahan ke industri 4.0. Permasalahan tersebut terletak pada Sumber Daya Manusia (SDM) dan pemerataan dimana beberapa sektor industri di Indonesia masih belum mendekati Industri 4.0. Contohnya pada industri agraris, masih ada petani menggunakan cangkul, walaupun beberapa daerah petaninya sudah memasuki Industri 4.0, tidak semua petani menguasai komputer.

Masalah lainnya terletak pada banyaknya penduduk Indonesia yang tidak memiliki SDM memadai, sehingga diperkirakan dengan masuknya industri 4.0 ini akan memangkas tenaga manusia dengan kemampuan SDM rendah dan tentu saja akan memicu peningkatkan angka pengangguran.

Lalu bagaimana menyikapi tantangan pada era Industri 4.0?

Indonesia harus segera menyikapi tantangan di era Industri 4.0 yang sudah dan akan terus berkembang. Sudah seharusnya pemerintah menyikapi tantangan tersebut dimulai dari pembangunan infrastruktur untuk pemerataan distribusi di berbagai sektor dan perombakan kurikulum pendidikan guna menghadapi perkembangan industri 4.0 ini.

Kesimpulan

Revolusi Industri saat ini sudah memasuki tahap keempat yang dikenal dengan Industri 4.0. Adapun perjalanan revolusi industri secara umum dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Sejarah revolusi industri dari 1.0, 2.0, 3.0 dan industri 4.0
Revolusi Industri

Pada era Industri 4.0 terjadi perubahan teknolgi digital menjadi penggunaan teknologi Machine-to-machine communication (M2M) dan Internet of Things (IoT) skala besar sehingga diperlukan kesiapan dari negara Indonesia untuk dapat berkompetisi dengan negara lain, salah satunya melalui pemerataan pembangunan infrastruktur dan perubahan kurikulum pendidikan yang menunjang revolusi industri 4.0

Demikian Sobat Kangdede, sekelumit informasi mengenai Industri 4.0 mudah-mudahkan bisa sedikit mencerahkan.

Referensi :