Setelah rakaat pertama, tata cara shalat selanjutnya kita melakukan rakaat kedua. Rakaat kedua ini dilakukan setelah sujud kedua, kemudian bertakbir dan bangun dengan bertumpu pada kedua lutut, kemudian berdiri di atas telapak kaki.
Duduk Sejenak Sebelum Berdiri didalam Shalat
Ulama berbeda pendapat mengenai duduk sejenak sebelum berdiri untuk melanjutkan rakaat kedua dst, didalam shalat. Tata cara yang masyhur dari mazhab Imam Ahmad adalah tidak melakukan duduk sejenak. Adapun pendapat lain menyatakan : duduk terlebih dahulu, kemudian berdiri dengan bertumpu pada kedua tangan. Hal ini masyhur sebagai pendapat dari mahzab Imam Asy-Syafi’i.
Duduk sebelum berdiri ini dikalangan ulama dikenal dengan istilah duduk istirahat, dan terdapat perbedaan pendapat terkait masyru’iyah duduk ini. Pendapat yang kuat –wallahu a’lam- adalah dianjurkan untuk melakukan duduk istirahat ketika bangkit dari sujud kedua, untuk memasuki rakaat kedua dan keempat.
Dalil Duduk Istirahat
Diantara dalilnya adalah hadist Malik bin Al-Huwairits:
أنه رأى النبي صلى الله عليه و سلم يصلي فإذا كان في وتر من صلاته لم ينهض حتى يستوي قاعدا
“Bahwasanya beliau melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat, apabila beliau selesai dari rakaat ganjil (satu dan tiga) maka beliau tidak bangkit sampai duduk dengan tenang” (HR. Al-Bukhary)
Berkata Asy-Syaukany:
الحديث فيه مشروعية جلسة الاستراحة وهي بعد الفراغ من السجدة الثانية وقبل النهوض إلى الركعة الثانية والرابعة .
“Di dalam hadist ini ada dalil disyari’atkannya duduk istirahat, yaitu duduk setelah sujud kedua sebelum bangkit ke rakaat kedua dan ke empat” (Nailul Authar 2/48, Dar Al-Kalim Ath-Thayyib)
Dan tidak kita katakan bahwasanya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya karena sudah tua atau sakit, karena jika demikian halnya berarti para sahabat tidak bisa membedakan mana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena ibadah atau karena keperluan. (Tamamul Minnah hal:212)
Berkata Syeikh Abdul Aziz bin Baz:
جلسة الاستراحة مستحبة للإمام والمأموم والمنفرد , وهي من جنس الجلسة بين السجدتين , وهي جلسة خفيفة لا يشرع فيها ذكر ولا دعاء ومن تركها فلا حرج. والأحاديث فيها ثابتة عن النبي صلى الله عليه وسلم من حديث مالك بن الحويرث ومن حديث أبي حميد الساعدي , وجماعة من الصحابة رضي الله عنهم
“Duduk istirahat adalah mustahab (dianjurkan) bagi imam, ma’mum, maupun yang shalat sendiri. Dan duduknya sejenis dengan duduk diantara dua sujud, duduknya ringan (sebentar) tidak disyari’atkan dzikir dan doa di dalamnya. Barangsiapa meninggalkannya maka tidak mengapa.
Hadist-hadistnya telah tetap dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari hadist Malik bin Al-Huwairits, dan dari Abu Humaid As-Sa’idy, dan beberapa orang sahabat radhiyallahu ‘anhum” (Majmu’ Fatawa Syeikh Abdul Aziz bin Baz 11/99).
Setelah duduk istirahat sejenak kemudian berdiri dengan bertumpu pada kedua tangan dan bertakbir tanpa mengangkat kedua tangan. Tatacara berdiri pada rakaat kedua ini sama dengan posisi berdiri pada rakaat pertama demikian pula posisi tangan diletakkan seperti pada rakaat pertama. Sahabat bisa membaca kembali artikel Cara meletakkan tangan ketika shalat.
Membaca Ta’awudz pada rakaat kedua?
Apakah taawudz dalam shalat mesti dibaca di setiap rakaat saat mulai membaca surat ataukah cukup pada rakaat pertama saja?
Untuk permasalahan ini, sudah saya jelaskan pada artikel Membaca Ta’Awudz Setelah Do’a Iftitah. Jadi menurut pendapat yang lebih kuat, ta’awudz hanya ada pada rakaat pertama karena inilah yang dituntunkan dalam hadits yang membicarakan tentang perintah membaca ta’awudz.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam langsung membaca Al Fatihah ketika bangkit dari rakaat kedua. Dari Abu Hurairah, ia berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا نَهَضَ مِنَ الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ اسْتَفْتَحَ الْقِرَاءَةَ بِ (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) وَلَمْ يَسْكُتْ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bangkit ke rakaat kedua, beliau memulai dengan membaca ‘alhamdulillahi robbil ‘aalamiin … ‘. Belum tidak diam sejenak sebelum itu.” (HR. Muslim no. 599).
Jadi pada rakaat kedua sahabat muslim langsung membaca Al-fatihah dan diteruskan dengan membaca surah alqur’an. Yang perlu diketahui oleh sahabat bahwa rakaat kedua ini lebih pendek dari rakaat pertama.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Qotadah, “Beliau memperpanjang rakaat pertama, tidak seperti beliau memperpanjang rakaat kedua (HR Bukhari No. 776)
Wallahu a’lam.