Sebelum kita melangkah ke tatacara shalat selanjutnya, ada baiknya kita ulas kembali langkah-langkah yang telah kita lalui :
- Niat
- Berdiri menghadap kiblat
- Takbiratul Ihram
- Membaca doa iftitah
- Membaca Ta’awudz
- Membaca Alfatihah
- Membaca Surah Alqur’an
- Ruku‘
Daftar Isi
Bertakbir Saat Hendak Ruku’ dan Bangun dari Ruku’
Sahabat muslim, setelah kita selesai membaca surah Alqur’an, tata cara berikutnya adalah bertakbir sambil mengangkat kedua tangan seperti kita bertakbiratul ihram, kemudian ruku’.
Dasar pelaksanaan bertakbir pada saat hendak ruku’ dan setelah ruku’ ini didasarkan pada hadits
كان رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إذا قام الى الصلاةِ ، يُكبِّرُ حين يقومُ ، ثم يُكبِّرُ حين يركعُ ، ثم يقولُ: سَمِعَ اللهُ لمن حمدَه. حين يرفعُ صُلبَه من الركعةِ ، ثم يقولُ وهو قائمٌ: ربنا ولك الحمدُ . قال عبدُ اللهِ: ولك الحمدُ. ثم يُكبِّرُ حين يَهْوي، ثم يُكبِّرُ حين يرفعُ رأسَه ، ثم يُكبِّرُ حين يسجدُ ، ثم يُكبِّرُ حين يرفعُ رأسَه ، ثم يفعلُ ذلك في الصلاةِ كلِّها حتى يَقضيها
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wassalam ketika shalat, beliau bertakbir saat berdiri, kemudian bertakbir ketika akan rukuk dan mengucapkan: ‘sami’allahu liman hamidah’, yaitu ketika ia mengangkat punggungnya dari ruku. Dan ketika sudah berdiri beliau mengucapkan ‘rabbanaa wa lakal hamd’. Kemudian beliau bertakbir ketika akan bersujud. Kemudian bertakbir ketika mengangkat kepalanya (bangun dari sujud). Kemudian beliau bertakbir lagi ketika akan bersujud. Kemudian bertakbir lagi ketika mengangkat kepalanya (bangun dari sujud). Kemudian beliau melakukan hal itu dalam semua rakaat hingga selesai shalat” (HR. Al Bukhari 789).
Dalam hadits Abu Hurairah juga disebutkan
,ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَسْجُدُ ، ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ
“Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir ketika turun sujud. Lalu beliau bertakbir ketika bangkit dari sujud.” (HR. Bukhari no. 789 dan Muslim no. 392).
Hukum takbir ini berdasarkan jumhur ulama adalah sunnah.
Mengangkat Kedua Tangan Ketika Hendak Ruku’ dan Bangun dari Ruku’
Selain bertakbir, kita juga disunnahkan untuk mengangkat kedua tangan pada saat hendak ruku’ dan bangun dari ruku’. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Nafi’ maula Ibnu Umar rahimahullah, beliau mengatakan:
أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ إِذَا دَخَلَ فِى الصَّلاَةِ كَبَّرَ ، وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَإِذَا رَكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ ، وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَفَعَ يَدَيْهِ ، وَإِذَا قَامَ مِنَ الرَّكْعَتَيْنِ رَفَعَ يَدَيْهِ ورَفَعَ ذلكَ ابنُ عُمَر إلى نبيِّ اللهِ – صلى الله عليه وسلم -.
Sesungguhnya Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma biasanya jika hendak memulai shalatnya beliau bertakbir dan mengangkat kedua tangannya. Jika hendak ruku’ juga mengangkat kedua tangannya. Jika beliau mengucapkan, ”Sami’allâhu liman hamidah” juga mengangkat kedua tangannya. Jika berdiri dari rakaat kedua juga mengangkat kedua tangannya. Ibnu Umar Radhiyallahu anhu memarfu’kannya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .” [HR. Al-Bukhâri, no. 739 dan Muslim no. 390]
Sedangkan Sâlim bin Abdillah bin Umar rahimahullah menyampaikan dari bapaknya Radhiyallahu anhu yang berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلاَةَ، وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ، وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ، رَفَعَهُمَا كَذَلِكَ أَيْضًا، وَقَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الحَمْدُ، وَكَانَ لاَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي السُّجُودِ “
Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya apabila memulai shalat dan ketika bertakbir untuk ruku’ dan ketika mengangkat kepala dari ruku’ Beliau juga mengangkat keduanya dan mengucapkan, “Sami’allâhu liman hamidah rabbanâ wa lakal hamdu” dan Beliau tidak melakukan hal itu dalam sujudnya.” [HR. Al-Bukhâri]
Posisi Ruku’
Setelah kita bertakbir seraya mengangkat kedua tangan, maka kita turunkan badan untuk posisi ruku’. Adapun posisi tubuh saat ruku’ ini adalah sebagai berikut :
- Membentangkan dan mendatarkan punggung, bukan membungkukkannya
- Kepala sejajar dengan punggung. Artinya, kepala tidak terlalu menunduk dan tidak terlali diangkat, punggung harus sejajar dengan kepala
- Menjauhkan kedua lengan dari kedua sisi tubuh
- Meletakkan kedua telapak tangan di lutut dengan merenggangkan jari-jari tangan seperti menggenggam lutut
- Adapun posisi kedua kaki sama dengan posisi kaki ketika berdiri
Al – Bukhari meriwayatkan dari Muhammad bin Amr bin Atha’ bahwa ia duduk bersama beberapa sahabat Nabi, lalu kami membicarakan tentang shalatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam. Lalu Abu Hamid As-Sa’idi berkata, “Aku yang paling hafal shalatnya Rasulullah diantara kalian. Aku melihat beliau ketika bertakbir, beliau memposisikan kedua tangan beliau sejajar dengan kedua pundak beliau. Saat ruku’, beliau menempatkan kedua tangan beliau di kedua lutut dengan kuat lalu beliau mendatarkan punggung beliau. Saat bangun dari ruku’, beliau berdiri dengan tegak hingga setiap persendian kembali ke tempat semula. Saat sujud, belaiau meletakkan kedua tangannya tanpa membentangkan ataupun merapatkannya. Beliau menghadapkan ujung jari-jari kedua kaki beliau ke kiblatnya. Saat duduk diatanra dua rakaatm beliau duduk diatas kaki kiri beliau, dan beliau menegakkan kaki kanan. Saat duduk dirakaat terakhir, beliau memajukan kaki kiri beliau, menegakkan kaki kanan dan beliau duduk di atas pantat beliau.” HR Bukhari No 282
Dalam hadits ‘Uqbah bin ‘Amr Al Anshori disebutkan,
فَلَمَّا رَكَعَ وَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ
“Ketika ruku, ia meletakkan kedua tangannya pada lututnya.” (HR. Abu Daud no. 863 dan An Nasai no. 1037. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Abu Humaid As Sa’idiy berkata mengenai cara shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata,
فَإِذَا رَكَعَ أَمْكَنَ كَفَّيْهِ مِنْ رُكْبَتَيْهِ وَفَرَّجَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ
“Jika ruku’, beliau meletakkan dua tangannya di lututnya dan merenggangkan jari-jemarinya.” (HR. Abu Daud no. 731. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dalam riwayat lainnya disebutkan,
ثُمَّ رَكَعَ فَوَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ كَأَنَّهُ قَابِضٌ عَلَيْهِمَا
“Kemudian beliau ruku’ dan meletakkan kedua tangannya di lututnya seakan-akan beliau menggenggam kedua lututnya tersebut.” (HR. Abu Daud no. 734, Tirmidzi no. 260 dan Ibnu Majah no. 863. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Abu Humaid As Sa’idiy berbicara mengenai cara ruku’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لاَ يَصُبُّ رَأْسَهُ وَلاَ يُقْنِعُ مُعْتَدِلاً
“Ketika ruku’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membuat kepalanya terlalu menunduk dan tidak terlalu mengangkat kepalanya (hingga lebih dari punggung), yang beliau lakukan adalah pertengahan.” (HR. Ibnu Majah no. 1061 dan Abu Daud no. 730. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dari Wabishoh bin Ma’bad, ia berkata,
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى فَكَانَ إِذَا رَكَعَ سَوَّى ظَهْرَهُ حَتَّى لَوْ صُبَّ عَلَيْهِ الْمَاءُ لاَسْتَقَرَّ
“Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat. Ketika ruku’, punggungnya rata sampai-sampai jika air dituangkan di atas punggungnya, air itu akan tetap diam.“(HR. Ibnu Majah no. 872. Juga diriwayatkan oleh Ath Thobroni dalam Al Kabir dan Ash Shoghir, begitu pula oleh ‘Abdullah bin Ahmad dalam Zawaid Al Musnad).
Demikian Sahabat Muslim Tata Cara Ruku’ didalam shalat. Lalu apa yang dibaca didalam ruku’? kita lanjutkan pada artikel selanjutnya Doa / Bacaan Ketika Ruku’. Semoga bermanfaat.
Referensi :
- https://rumaysho.com/7125-sifat-shalat-nabi-10-cara-sujud.html
- https://almanhaj.or.id/6454-sunnah-mengangkat-tangan-dalam-shalat-dan-tempatnya.html
- https://rumaysho.com/7045-sifat-shalat-nabi-6.html
- Sifat Shalat Nabi Karya Syaikh Muhammad Al-Utsaimin Terbitan Ummul Qura.