Makna Kata “Anjing” dalam Bahasa Sunda

Makna Kata “Anjing” dalam Bahasa Sunda | Kangdede – Saya orang Sunda, tapi baru akhir-akhir ini saya tergelitik dengan kata “Anjing” dalam bahasa Sunda. Di kampung saya dahulu ada banyak suku yang berbaur baik dilingkungan keluarga maupun sekolah. Mulai dari suku Jawa yang menjadi mayoritas, suku Sunda, suku Lampung, suku Batak, suku Padang dan banyak lagi.

Dilingkungan keluarga saya diajarkan untuk menjaga lisan agar selalu bertutur kata dengan baik. Menggunakan adab dalam pertutur kata baik untuk orang yang lebih tua, sebaya maupun yang usianya lebih muda. Walaupun saya orang sunda, tapi karena pergaulan saya dengan berbagai suku, maka bahasa sunda yang saya gunakan menjadi campur aduk terutama dengan bahasa Jawa yang menjadi bahasa mayoritas.

Walaupun bahasa sunda saya “acak-acakan” saya tidak mengenal kata “Anjing” dalam pergaulan. Dan saya yakin bahwa semua suku akan sepakat, jika penggunaan kata “Anjing” sangat kasar apabila dipergunakan dalam bahasa apapun, termasuk bahasa Sunda.

Kata “Anjing” dalam bahasa Sunda baru saya temukan justru ketika saya tinggal di Jawa Barat, terutama di daerah Parahyangan yang saya yakin menyimpan budaya yang luhur dan halus. Ketika saya tinggal di Garut, anak-anak disana sudah lumrah menggunakan kata “Anjing” ini. Lalu apa sebenarnya makna kata “Anjing” dalam bahasa Sunda?

Arti Kata Anjing dalam Bahasa Sunda

Arti kata anjing dari beberapa obrolan dengan teman di kantor mengandung konotasi yang negatif. Terkesar kasar, brutal, amarah dan ketidak sopanan.

Mengambil arti dari artikel di Kaskus.com, berikut arti kata Anjing dalam bahasa Sunda :

1 . Anjing artinya kamu

Contoh kalimat :
sunda : rek ka mana anjing ?
dalam bahasa Indonesia : mau ke mana anjing ?
arti sebenarnya : mau kemana kamu ?

2. Anjing artinya sialan

Contoh kalimat :
sunda : anjing teh, tadi aing ka rajia polisi
Indonesia : anjing, saya tadi kerajia polisi
arti sebenarnya : sialaan, tadi saya kena rajia polisi

3. Anjing artinya wow, keren, hebat, amazing

sunda : anjing, sia katarima gawe di pertamina ? traktir traktir atuh euy
indonesia : anjing, kamu keterima kerja di pertamina ? boleh traktir dong
arti sebenarnya : wow , kamu keterima kerja di pertamina ? boleh traktri dong

4. Anjing artinya hei

sunda : anjing, maneh tong ngompol di buruan batur
Indonesia : anjing, km jangan sembarangan kencing depan rumah orang
arti sebenarny : hei, km jangan sembarangan kencing depan rumah orang

Kata anjing ini yang saya amati banyak digunakan oleh anak-anak gaul, anak-anak yang masih labil/abg. Namun penggunaan kata ini dalam bahasa, akan mempengaruhi sikap dan perilaku orang tersebut. Pada kenyataanya kata Anjing ini lebih banyak digunakan ketika sedang MARAH.

Lisan Sebagai Cermin Kepribadian

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam, mengingatkan:

((لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَانِ وَلَا اللَّعَانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ))

“Tidak layak bagi seorang mukmin banyak mencela orang lain dan banyak melaknat, tidak pula bertutur kata keji dan kotor.” [HR. At-Tirmidzi]

Kita sebagai orang Sunda seharusnya menjaga budaya dan bahasa Sunda menjadi bahasa yang indah, halus dan beradab. Jangan mengotori bahasa Sunda dengan kata-kata kotor dan mengandung sesuatu yang keji, seperti penggunaan Anjing ini.

Karena lisan adalah cermin kepribadian, maka rasanya bisa dilogika kan jika kata-kata yang kasar mencerminkan kepribadian orang tersebut yang juga kasar. Anak-anak yang berkata kasar, lebih mudah terprovokasi, berkelahi, tawuran dan pengeroyokan.

Lebih jauh, Rosululloh pun menekankan pentingnya penjagaan lisan dengan bersabda:

((مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ))

“Barang siapa yang menjaga anggota tubuhnya yang terletak antara kedua tulang rahangnya dan antara kedua pahanya, niscaya aku memberinya jaminan masuk Surga”[HR. Al. Bukhari]

Penekanan terhadap pentingnya menjaga lisan membuktikan bahwa setiap tutur kata yang terucap sejatinya adalah ekspresi isi batin dan pikiran Anda. Kesucian batin terpancar secara luhur melaluinya, sebagai buah lisan Anda yang menyejukkan jiwa. Begitu pun berbagai karakter buruk yang dipendam dalam batin, yang menyesakkan jiwa, juga mengalir melalui lisan Anda. Allah ~Subhanahu wa ta’ala~ berfirman:

((أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَنْ لَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ أَضْغَانَهُمْ * وَلَوْ نَشَاءُ لَأَرَيْنَاكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسِيمَاهُمْ ۚ وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ ۚ وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمَالَكُمْ))

“Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka? Dan kalau Kami kehendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu.” (QS. Muhammad [47]: 29-30)

Jadi, mari Sobat sebagai orang Sunda kita perbaiki bahasa Sunda kita, mari kita ajari anak-anak kita menjadi anak yang bertutur kata baik dan sopan. Karena insyaa Allah tutur kata baik akan membentuk hati yang baik pula. Dengan hati yang baik, insyaa Allah perilakunya pun akan menjadi baik. Amiiiin